Rabu, 11 April 2012

Traveling Ke Bontang


Minggu 8 April 2012, Star dari Samarinda sendiri sekitar 06.30 wita setelah menempuh jarak sekitar 125 KM akhirnya kami tiba juga di kota Bontang 09.00 menuju Pulau Beras Basah , ternyata perjalanan ke beras basah harus melewati laut dengan menyewa kapal perahu di tanjung laut sekitar 400-500 ribu dan muat sekitar 10 orang. Perjalanan dari pelabuhan menuju beras basah sendiri memakan waktu 30-45 menit, setibanya di pulau beras basah kita di sambut jembatan panjang yg akan mengantar kepesisir pulau sambil menjalanin jembatan tersebut kita dapat melihat ikan ikan yg berenang serta batu batu di tepi pantai

Pantai Beras Basah
Beras Basah merupakan nama sebuah pulau di wilayah kota Bontang. Pulau dengan pantai pasir putih ini merupakan tempat rekreasi yang menarik sambil menikmati keindahan panorama laut selat Makassar, wisatawan juga dapat berenang dan menghirup udara laut yang sejuk. Pulau Beras Basah dapat dicapai dengan menggunakan Speed Boat atau kapal motor dari Pelabuhan Tanjung Laut, Bontang.
Sebelum ke pulau sebaiknya menyiapkan sendiri makanan berat sebab di sana hanya tersedia makanan ringan + minuman dan tidak terdapat penginapan karena Pengunjung pulau itu biasanya memang tidak menginap. Mereka datang untuk menikmati hamparan pasir putihnya yang lembut, air lautnya yang bening berkilat seperti kristal, atau mercusuar setinggi 15 meter yang berdiri tegak di sana. Bagi penghobi fotografi, mercusuar yang tegak dalam kesendirian itu seolah menantang untuk diabadikan.
Untuk suasana pantai sendiri memang masih sangat asri belum terlalu sering di jamah manusia kurang lebih satu setengah jam kami berada di sana sambil menyantap bekal snack yg udah disiapkan serta meminum air kelapa di pulau tersebut kami sempat pula bermain di tepi pantai sebelum akhirnya pukul 12.00 kami kembali ke daratan bontang
Danau PKT
Setelah kembali ke daratan bontang kami bergegas untuk mencari makan siang maklum naga perut udah beraksi dan tujuan selanjutnya ialah Plaza Taman ( Ramayana) setelah puas berkeliling kami melanjutkan perjalanana memutari kota bontang sambil melaju ke perumahan Pupuk Kaltim dimana dalam perumahan tersebut terdapat tempat bermain dan danau yg indah
Bontang Kuala
Tujuan selanjutnya pada hari itu ialah melihat perkampungan di atas laut yg di kenal dengan nama Bontang Kuala
Bontang Kuala terletak di timur Kota Bontang. Daerah ini merupakan sebuah perkampungan diatas laut, dan sebagai sentra produksi terasi serta rumput laut yang sangat menarik untuk disaksikan.
Café Singapur
Perjalanan hari minggu itu ditutup dengan mengunjungi café singapur untuk bersantap malam sebelum balik ke samarinda

Jumat, 30 Maret 2012

All Is well Ajahn Brahm Tour 'D Indonesia 2012

Ajahn Brahm Tour D’ Indonesia 2012
Tahun 2012 ini kembali Ehipassiko Foundation mengadakan Ajahn Brahm Tour D Indonesia. Ini merupakan tour ke 4 beliau sejak tahun 2009 : 
Hidup Senang Mati Tenang(2009), 
Love U ( 2010), 
Let’s Go Ego ( 2011) 
dan untuk tema tahun ini “ ALL IS Well”. 
Untuk tahun ini tour diadakan 10 kota besar Indonesia ( 17 -28 Maret) 
di Denpasar- Jakarta- Lampung-pangkal pinang- Solo- Temanggung- Surabaya-Balikpapan-Medan-Cikarang
Selain Talkshow  kali ini juga di adakan lauching Sekuel terakhir Cacing dan Kotoran kesayangannya , Komik Kangooruguru, Cergam Cacing dan komplotan kesayangannya serta DVD cacing dan komplotan kesayangaannya

Biografi Ajahn Brahm
Ajahn Brahmavamso ( Ajahn Brahm), lahir tahun 1951 di London sebagai Peter Betts, adalah seorang guru Buddhis terkenal dari Tradisi Theravada Hutan Thailand. Beliau pertama kali menganggap dirinya seorang yang beragama Buddha ketika beliau berusia 16 tahun. Minatnya dalam Buddhisme dan meditasi terus berkembang sampai dia masuk Universitas Cambridge. Setelah menyelesaikan pendidikannya dengan jurusan Teori Fisika, dan mengajar selama setahun, beliau melakukan perjalanan ke Thailand, tanpa terlebih dahulu mempunyai niat untuk ditahbiskan untuk menjadi seorang bhikku di Vihara Wat Saket di Bangkok pada usia 23 tahun. Beliau kemudian menghabiskan sembilan tahun berikutnya belajar dan berlatih meditasi dalam Tradisi Theravada Hutan Thailand di bawah bimbingan Ajahn Chah Bodhinyana Mahathera.

Minggu 25 Maret 2012 merupakan kesempatan  luar biasa bagi kota Balikpapan, karena pada hari itu diadakan Talkshow dan  Launching book  di BSCC Dome Balikpapan acara sendiri dimulai pukul 14.00 wita - 17.00 wita

DOME Balikapapan , acara Talkshow dimulai sekitar 14.30 wita dengan Moderator Bapak Handaka Vijjananda dan penterjemah Bapak Hendra Widjaja diawali cerita Ajahn Bram mengenai kepanjangan dari namanya sendiri yaitu BRAHM, yang bila di uraikan menjadi sebagai berikut:
B= Buddha, 
R= Roman Catholic, 
A= Anglican, 
H= Hindu 
dan M= Moslem

Dan sontak mendapat tepuk tangan dan tawa dari hadirin yg ada kurang lebih 1000 orang ( untuk dari Samarinda sendiri sekitar 100 orang dengan menggunakan kurang lebih 18 mobil pribadi + 1 bis mini)
Cerita kedua tentang seorang wanita yang mendapatkan buku karya Ajahn Brahm dari salah seorang sahabatnya. Dia sama sekali tidak tertarik membacanya, di pikirannya seorang Bhikkhu yang membuat buku dengan gambar cacing aneh itu pasti bukan bhikkhu yang baik, Walaupun sahabatnya berusaha meyakinkan, bahwa isi buku itu bagus sekali, dia tidak terpengaruh. Namun dia sangat menyenangi acara Kick Andy, hingga suatu hari dia memenangkan semacam lomba yang diadakan oleh Kick Andy. Hadiahnya? Ya Buku Ajahn Brahm yang sangat dia benci. Dan Mau dibuang ke tempat sampah, tapi sayang sekali ada tanda tangan asli pembawa acara Kick Andy di dalamnya. Dan Akhirnya dia baca juga buku itu. Hasilnya? “… now she likes me.” Ajahn Brahm mengatakannya sambil tertawa jenaka. All is well.

Cerita ke 3 Ajahn Brahm menceritakan betapa kesalnya kita bila sedang berjalan kemudian secara tidak sengaja menginjak kotoran
anjing dan sambil mengomel karena kesalnya, namun di sini ajahn berpesan bagaimana bila kotoran itu dibawa pulang dan diletakan di bawah pohon mangga dan tunggu setahun kemudian dan coba lah petik buah mangga yang ada , manis bukan ujarnya tapi jangan lupakan kotoran anjing yg menjadi pupuk pohon tersebut , hal itu membuat tawa dari para hadirin yg ada saat itu
Cerita ke 4 : Sebelum jadi Bhikkhu, saya adalah seorang guru. Ada 30siswa di kelas saya. Pastilah satu siswa menduduki peringkat terbawah. Sangat sedih siswa peringkat ke-30 ini. Depresi. Apa yang akan dikatakan mama papanya.
Jadi saya ajarkan prinsip Buddhist padanya, Bodhisattva (korbankan diri demi kebahagiaan orang lain). “Kamu adalah Bodhisattva, kamu korbankan diri kamu supaya siswa lain tidak menderita.” Itu namanya lepas ego. Kamu adalah siswa terbaik di sini.
Anak itu kira saya gila, namun akhirnya ia dan saya tertawa bersama. Namun saya juga berpesan bahwa menjadi Bodhisattva hanya satu kali saja maka Semester berikutnya, siswa lain yang jadi Bodhisattva. Jika Anda Buddhist, dapat peringkat 1-5 teratas, atau 1-5 terbawah, itu bukanlah Buddhist yang baik. Karena kita percaya pada jalan tengah .
Cerita ke 5 : Suatu ketika ada seekor tikus yang hidup di rumah seorang petani. Ia adalah seekor tikus kecil yang bahagia, sebab ia mendapat cukup banyak makanan. Masalahnya, petani pemilik rumah tak pernah menyukai tikus itu. Suatu hari, ketika si tikus mengintip melalui retakan di tembok, ia melihat petani itu tengah membuka sebuah bungkusan. Saat ia melihat benda dalam bungkusan itu, ia ketakutan. Petani itu ternyata membeli sebuah perangkap tikus !
Begitu gegernya tikus itu sampai-sampai ia langsung menemui sahabatnya, Si Ayam, dan berseru, “Pak Tani beli perangkap tikus! Ini mengerikan! Ini bencana!” Namun Si Ayam malah berkata,”Bukan masalahku. Tak ada hubungannya denganku, itu urusanmu, Tikus! Pergi sana!”
Tikus itu tidak mendapat simpati dari ayam, jadi ia pergi menemui sahabatnya yang lain, Tuan Babi. “Tuan Babi, Tuan Babi! Pak Tani beli perangkap tikus. Ini berita mengerikan, aku tidak tahu apa aku bisa tidur nyenyak malam ini! Aku dalam bahaya!” Tuan Babi berkata ,”Gak ada urusannya denganku. Urusanmu! Perangkap tikus gak bisa menangkap babi. Kamu lagi sial saja, sana pergi!”
Tikus itu begitu kecewa dengan Tuan Babi, maka ia menemui sahabatnya yang lain , Nyonya Sapi. “Nyonya Sapi! Tolonglah aku! Pak Tani sudah beli perangkap tikus! Aku begitu paranoid sekarang! Kamu tahu kan tikus biasanya lari kesana kemari dan tidak tahu lari menginjak apa. Aku bisa menginjak perangkap itu dan aku akan terbunuh…!”
Nyonya Sapi berkata,”Wah, wah…Itu pasti karma dari kehidupan lampaumu…Tapi sayangnya, tidak ada hubungannya denganku.”
Tikus itu tidak mendapatkan simpati dari satu pun sahabatnya. Dengan muram, ia pulang ke liangnya. Malam itu, seekor ular menyusup ke rumah petani itu dan ekornya terkena perangkap tikus itu. Ketika istri petani datang untuk memeriksa apakah perangkap itu sudah menangkap tikus, ular itu mematuk istri petani itu. Akibatnya, istri petani itu menderita sakit berat. Karena beratnya sakit sang istri, petani itu berpikir , “Apa ya yang bagus untuk orang sakit? Aah … sup ayam!”
Maka petani itu mengambil ayam, memotong kepalanya, membuluinya, dan merebusnya menjadi sup untuk istrinya. Si ayam kehilangan nyawanya.
Istri petani tak kunjung sembuh. Sanak saudara berdatangan untuk memastikan apakah istri petani itu baik-baik saja. Karena banyak tamu berkunjung, petani tidak tahu harus menyediakan makanan dari mana buat mereka. Jadi ia menangkap si babi, menjagalnya, lalu menyajikan sosis dan ham untuk tamu-tamunya. Si babi pun kehilangan nyawanya.
Sekali pun telah melakukan segala upaya, istri petani malang itu meninggal jua. Karena ia meninggal – Anda tahu betapa mahalnya upacara pemakaman, maka petani harus memotong sapi dan menjual dagingnya untuk membayar biaya upacara. Jadi pada akhirnya, si ayam mati, si babi kehilangan nyawa, dan si sapi dijagal…. Semua ini karena perangkap tikus.
Jadi, itu bukan hanya masalah si tikus, tapi masalah semuanya.
Kita sering berpikir, “Ini tidak akan mempengaruhiku, tak ada urusannya denganku. Ini masalah orang lain.” Tapi kisah ini memberitahu kita :”Bukan! Ini bisa jadi masalahku juga.”
Itulah sebabnya mengapa kita harus saling menolong satu sama lain, walau kita tidak tahu bagaimana hal itu berakibat pada kita. Jika ada masalah dalam hidup Anda, mohon jangan berpikir bahwa ini masalah Anda, atau masalah dia. Alih-alih, pikirkan itu sebagai masalah kita, sebab kita semua berada di dalamnya bersama-sama, dan bagian yang indah dalam proses ini adalah berbagi dengan orang lain.
Cerita ke enam :Ajahn Chah sering mengangkat gelas dan berkata kepada para muridnya, “Apakah kalian bisa melihat retakan-retakan dalam gelas ini?” Ajahn Brahm kemudian benar-benar memelototinya dan segera berkata, “Saya tidak melihat ada retakan di gelas itu.” Bahkan Ajahn Brahm sempat berpikir, Ajahn Chah mungkin agak retak (baca: gila). Tapi Ajahn Brahm salah, Ajahn Chah sangat bijaksana dan tidak gila, “Retakan-retakan pada gelas sangat kecil sekali, sangat mikroskopis, tapi ada. Jika ada orang yang menjatuhkan gelas ini, retakan-retakan itu akan terbuka dan gelas ini akan pecah. Retakan-retakan itu adalah pertanda adanya anicca (ketidakkekalan). Karena kita tahu gelas itu memiliki retakan-retakan itulah, maka kita harus benar-benar hati-hati dalam menjaganya. Tapi jika gelas itu terbuat dari plastik, Anda mau banting atau tendang sekalipun tidak akan pecah, Anda malah tidak akan benar-benar memperhatikan dan menjaganya. Karena manusia memiliki retakan-retakan dan rapuh, maka suatu hari kita akan mati. Karena itulah kita harus peduli satu sama lain. Kalau kita tidak rapuh, kita tidak akan saling peduli satu sama lain. Karena adanya kesedihan dan air mata, kita menjadi memiliki welas asih. Itulah yang membuat hidup kita menjadi indah.”
Cerita terakhir yang disampaikan pada sore hari itu ialah cerita mengenai Seekor keledai tua terperosok ke dalam sumur tua. Dia pun menjerit ”EO! EEOO! EEEOOO!” untuk memanggil bantuan. Jeritannya di dengar oleh Petani yang jahat si petani berkeinginan untuk menutup sumur tua itu karena dianggap berbahaya. Karena itu, sang petani memutuskan untuk mengubur keledai tua itu hidup-hidup. Ia mengambil sekop dan membuang tanah ke sumur itu. Si keledai terkejut dan ia pun semakin menjerit ”EO! EEOO! EEEOOO!”.petani itu pun tambah semangat melemparkan tanah ke sumur. Setelah beberapa lama, si keledai pun berhenti menjerit, dia mendapat akal. Sang petani jahat itu mengira keledai itu sudah mati dan makin semangat menyekop tanah tanpa menyadari bahwa keledai itu, setiap sekop tanah yang menimpa punggungnya, dia menggoyang punggungnya hingga tanah itu jatuh, menginjak-injak tanah itu hingga padat, dan dia pun naik satu inci lebih tinggi. Sekop tanah berikutnya, jatuhkan, injak-injak dan seinci lebih tinggi. Pemilik keledai itu begitu sibuk menyekop tanah hingga tidak menyadari sepasang telinga mulai tampak di mulut sumur. Ketika pijakannya sudah cukup tinggi, keledai itu melompat dan menendang bokong sang pemilik, lalu melarikan diri. Maka ALL is well itulah cerita ke terakhir yang disampaikan Ajahn Brahm di DOME Balikpapan

Acara di lanjutkan dengan lelang 3 buah lukisan Ajahn Brahm Dari lelang tiga lukisan itu terkumpul dana Rp 95 juta yang akan dipergunakan untuk membiayai anak asuh Ehipassiko Foundation yang jumlah mencapai 1350 anak di seluruh Indonesia. Kemudian di lanjutkan Sesi Pemberkatan – Tanya jawab- penandatanganan buku- penyerahan Amisapuja 
KEKURANGAN:Sungguh di sayangkan ceramah yang di sampaikan oleh Ajahn Brahm kurang begitu jelas terdengar karena masalah sound yg agak bergema jd untuk teman teman yg duduk di posisi belakang dan samping panggung tidak mendengar dengan jelas apa yg di sampaikan dan menjadi mengantuk ( sedikit bosan) malahan ada sebagian yang telah meninggalkan acara sebelum acara selesai ,namun untungnya suara penterjemah dapat terdengar dengan cukup jelas Anyway ALL IS WELL
Untuk semua yang telah terjadi, TERIMA KASIH
Untuk semua yang akan terjadi, BAIKLAH

Minggu, 03 Juli 2011

Retret meditasi dengan Ven Visuddhacara

Akhir juni 2011 ini umat samarinda mendapat kesempatan retret meditasi di vihara Muladharma yang di bimbing oleh Ven Visuddhacara yang di mulai dari tgl 25 juni malam sampai 1 juli pagi. Dan juga di adakan 4 kali dhammatalk bersama Ven Visuddhacara pada tanggal :
1. 26 juni 2011 pkl 10.00 membahas tentang asal mula pembabaran Ratana Sutta dan asal usul kota vesali
2. 26 juni 2011 pkl 17.30 membahas tentang Sakka Panha Sutta
3. 28 juni 2011 pkl 19.30 membahas tentang Kathina
4. 30 Juni 2011 pkl 19.30 membahas tentang bakti terhadap orang tua
( dhammatalk disampaikan dalam bahasa Mandarin)

untuk retret sendiri di mulai 25 juni pkl 20.00 dimulai dengan arahan dan bimbingan mengenai teknik meditasi yang digunakan yaitu anapanasati (keluar masuk nafas) kepada 13 yogi ( 9 pria, 4 wanita) serta praktik singkat meditasi selama 30 menit kemudian para peserta dapat beristirahat sekitar pkl 22.00. selanjutnya jadwal meditasi selama retret sb
04.30-05.00 =bangun pagi dan siap2
05.00-06.15= meditasi
06.15-06.30= permohonan delapan sila
06.30-07.30= sarapan dan beres2
07.30-11.00=meditasi
11.00-13.30= makan siang + istirahat
13.30-15.00= meditasi
15.00-16.00= wawancara
16.00-17.30= meditasi
17.30-19.00= istirahat + mandi
19.00-21.30= meditasi / dhammatalk
21.30= istirahat
selain tetap menggunakan meditasi dengan objek anapanasati, beliau juga memberikan metode agar dapat memperkuat konsentrasi yang dilakukan pada awal dan akhir meditasi anapanasati seperti meditasi
1. metta ( cinta kasih)
2. Asubha ( objek yang menjijikan)
3. 32 bagian tubuh
4. rangka
5. Buddhanussati ( perenungan terhadap kualitas Buddha)
retret ditutup tgl 1 juli pagi hari setelah melakukan permohonan lima sila di lanjutkan dengan sarapan kemudian para yogi membersihkan tempat tidur yang digunakan dan bersiap siap
pukul 8.30 dilakukan dana kepada bhante serta pelimpahan jasa dan kemudian ditutup dengan foto bersama yogi dan ven visuddhacara
setelah foto bersama masih ada diskusi dhamma dengan ven Visuddhacara karena ini merupakan hari terakhir retret dan venerable kan langsung kembali ke singapore sore harinya
setelah makan siang sekitar pukul 12.00 Ven visuddhacara meninggalkan vihara Muladharma untuk menuju ke bandara sepinggan di balikpapan karena pesawat venerable berangkat pukul 17.20 sore sekitar 14.30 bhante telah tiba di bandara sepinggan dan 15.00 bhante telah selesai melakukan check in dan beliau beristirahat sambil menunggu penerbangan menuju singapore pada pukul 17.20 dan akan tiba di singapore sekitar pkl 19.00
foto : penyerahan dana kepada bhante
ket foto dari kanan atas: Robin, Denny, Jemmy, Anton, Ven Visuddhacara, Fredy, Achen, Wi Chien
ket foto dari kanan Bawah : Dharma, Ibu Liliana, Ibu Lie Ing, Evelin, Melly

sedikit tanya jawab dengan Ven Visuddhacara selama perjalanan menuju balikpapan
1. Mengapa anda memilih menjadi Bhikkhu Theravada?
  • jawab : di Taiwan mayoritas Buddhis ialah Mahayana dan pada suatu hari bhante bertemu YM Pa Uk Sayadaw pada waktu datang ke Taiwan dan kemudian bhante berangkat keMnymar belajar meditasi di Pa UK meditasi center dan kemudian mengambil keputusan untuk menjadi seorang bhikkhu theravada
2.Mengapa Bhante memilih untuk menjadi seorang vegetarian, sedangkan dalam vinaya Theravada tidak ada ketentuan untuk menjadi vegetarian?
  • setelah bertemu dengan YM Pa Uk Sayadaw dan belajar meditasi di Pa Uk meditasi center dimana YM Pa Uk Sayadaw sendiri vegetarian dan ketika beliau belajar ke Srilangka para Mahathero di Srilangka tersebut juga banyak yang vegetarian. dan juga dalam vinaya theravada menjadi seorang vegetarian atau tidak , tidak menjadi suatu masalah
3. Bila dalam meditasi anapanasati, pada permulaan meditasi dan di akhir meditasi biasa bhante mengajarkan untuk metta bhavana dahulu untuk dapat mudah konsentrasi dan mengurangi bermacam macam pikiran yang muncul , namun bila tiba tiba pikiran muncul pada pertengahan meditasi bisa kah kita kembali ke metta bahvana?
  • meditasi metta hanya di lakukan pada awal dan akhir meditasi anapanasati, bila mncul keinginan2 pada pertengahan meditasi, kita bisa melakukan menghitung nafas yang keluar dan masuk 1-8 ulang mengulang atau dapat melakukan meditasi jalan sampai pikiran agak tenang , dan jangan menganti obyek anapanasati tersebut

at bandara sepinggan

Senin, 20 Juni 2011

Berdamai dengan diri sendiri

Ada seorang dokter militer yang mengikuti pasukan ke medan perang. Ia mengobati tentara yang terluka di medan perang.

Bila pasiennya sembuh dari luka, mereka di kirim kembali untuk bertempur. Akibatnya, mereka terluka lagi, lalu terbunuh.

Setelah melihat skenario ini berulang-ulang, dokter tersebut akhirnya mengalami patah semangat.

Pikirnya : Bila seseorang ditakdirkan untuk mati, mengapa aku harus menyelamatkannya ? Bila pengetahuian medisku ada gunanya, mengapa ia pergi ke medan perang dan kehilangan nyawanya.

Dokter tersebut tidak memahami apakah ada artinya ia menjadi dokter militer, dan ia sangat sedih sehingga ia tidak mampun menyembuhkan orang lagi.

Karenanya, ia naik gunung untuk mencari seorang master Zen.

Setelah bersama seorang master Zen selama beberapa bulan ...

Akhirnya, ia mengerti masalah dia sepenuhnya. Ia turun gunung untuk terus berpraktek sebagai dokter.

Amedha with samanera Municaro

ket foto dari kanan yang berdiri: Fera , Willy,Yono, Denny, Samanera Municaro, Anton, Rudy, Nina dari kanan yang duduk : Fredy , Andre ,Herman, Jerry

Samarinda  mendapat kesempatan bimbingan dan sharing meditasi langsung dari samanera Municaro,samanera  berasal Dari daerah Yogya yang sedang mendapat tugas dari Sangha Theravada Indonesia untuk membantu pembinaan umat Buddha di Kalimantan Timur.
Amedha sendiri merupakan salah satu kegiatan yang di miliki patria samarinda yang merupakan kepanjangan dari Atthasila Meditasi dan dhammadesana , kegiatan ini telah berlangsung kurang lebih 3 tahun setengah yang di mulai 16 januari 2008, kegiatan ini bertujuan memfasilitasi kegiatan anak muda dalam bersama sama meditasi atau sitting bareng
Amedha kali ini  diadakan secara 3 hari berturut turut mulai hari kamis 16 juni sampai penutupan sabtu 18 juni 2010, dan di bimbing langsung oleh samanera Municaro dengan peserta sekitar 20-30 orang. Kegiatan amedha di mulai dengan membacakan paritta seperti pada puja bakti vihara Theravada pada umumnya dan di lanjutkan dengan meditasi sekitar 30-45 menit dan dilanjutkan dengan sharing dan Tanya jawab mengenai masalah meditasi
Mulai dengan pertanyaan yang mengapa setelah meditasi egonya menjadi tambah tinggi bukannya malah berkurang, dan di jawab oleh samanera “ mungkin dalam meditasi pada saat pikiran melayang dia menarik pikiran tersebut kembali ke objek secara by pass, baiknya bila hal tersebut terjadi kita jangan menarik secara by pass namun secara perlahan mengembalikan pikiran yang melayang tersebut ke objek yang kita gunakan.
Kemudian ada pula pertanyaan mengenai timbulnya kebencian terhadap pikiran yang melayang “ tidak konsen” beliau menjelaskan hal itu biasa terjadi pikiran amat liar selalu berkelana kesana kemari.
Pada penutupan amedha hari sabtu 18 juni 2011, samanera berpesan ke pada yang hadir dalam menyikapi berbagai macam metode yang ada dalam meditasi seperti ada teknik dari Pa Uk Sayadaw , Mahasi sayadaw, U Tejaniya, dll . Kita tidak perlu sibuk memperdebatkan mana yang benar mana yang salah sebab meditasi adalah kecocokan kita dengan metode, mungkin ada yang cocok dengan metode mahasi, namun ada pula yang cocok dengan Pa Uk . Jadi Marilah kita bermeditasi dengan metode yang cocok dengan diri kita.



semoga semua makhluk hidup berbahagia

Minggu, 01 Mei 2011

"Berkah Utama" oleh Bhikkhu Dhammiko


Namo Tassa Bhagavato Arahato SammasamBuddhassa
Setiap tahun kita selalu mengalami pergantian Tahun, yang sering kita sebut dengan istilah Tahun baru, 1 januari kita sebut dengan Tahun baru masehi, kemudian ada Tahun baru imlek, ada tahun baru jawa ,1 suro dan juga mungkin ada tahun baru lainya yang berdasarkan adat masyarakat setempat .
Termasuk waisak, waisak pun menjadi tahun baru bagi kita umat Buddha karena Setiap datangnya waisak tahun Buddhis selalu berganti sekarang kita masih berada di tahun Buddhis 2554 maka begitu purnama depan tahun Buddhist sudah berganti menjadi 2555, Yang unik dari sekian banyak tahun baru yang ada dalam masyakat yang paling unik adalah tahun baru imlek. Mengapa tahun baru imlek menjadi unik bahkan sebelum datangnya tahun baru, kenapa setiap menjelang tahun baru imlek baik orang tionghwa maupun bukan orang tionghwa sibuk Memperbincangkan bagaimana peruntungan mereka di tahun yang baru. Mengapa di cocok cocokan, karena menurut penaggalan imek setiap tahun 12 bulan, setiap tahun berganti maka ada Simbol hewan yang di gunakanpun berganti yang dalam bahasa kita di sebut shio. Banyak media cetak, elektronik maupun media cetak membahas tentang hal ini Sehinga pembicaraan pun menjadi ramai. Banyak buku buku ditulis oleh para pakar tentang hal yg demikian katanya, dan banyak juga buku- buku itu menjadi best seller di kemudian hari ,
Pembahasan tentang peruntungan di tahun baru ini bukan hanya beredar di media, bukan hanya dikalangan masyarakat umum tetapi juga masuk ke vihara vihara. Kalau kita mau tahu peruntungna kita tidak perlu kita bertanya kesana kemari. Carilah di rujukan dari apa yang diajarkan oleh sang Buddha kita mengaku beragama Buddha namun kita tidak pernah menelaah kita suci Agama Buddha. Orang tionghawa menyebut peruntungan sama dengan hoki, hoki sinonim dengan mangala, jadi kalau kita mau tahu peruntungan kita dalam tiap tahun, tidak perlu mencari suhu yg hebat kita hanya perlu merujuk ke mangala sutta
Mangala berasal dari 2 suku kata
Man= keadaan yg menyedihkan
Gala = menghalau
Dengan kata lain mangala adalah kebahagian, mangala sutta adalah sebuah sutta yg unik dari segi pembabaranya karena sutta ini di babarkan setelah 12 tahun terjadi perdebatan. Di jaman sang Buddha ada kebiasaan dalam masyarakat India, Kota-kota besar di gerbang kota selalu terjadi pembahasan masalah atau dengan bahasa yang lebih modern disebut dengan diskusi. Biasanya sebuah topik dingkat untuk di perbincangkan setiap topic umumnya selesai dalam kurun waktu 4 bulan. Setiap orang yang bisa memberikan argument yang terbaik akan mendapat hadiah atas argumentnya tersebut.
Salah satu kesempatan mulai mengemukan Perdebatan atau diskusi tentang apa yang dimaksud dengan berkah utama atau berkah mulia. Perdebatan tentang berkah mulai muncul kepermukaaan. Ada kelompok pertama mengatakan konsep penyataan bahwa Apa yang dilihat itulah berkah, mulai terbentuk kelompok apa yg dilihat itulah berkah terutama yang indah.
Yang Ke 2 mulai muncul pernyataan ke 2, Apa yang didengar itulah berkah jadi sudah mulai muncul 2 kelompok, masing masing merasa pendapat kelompoknya lah itu yang paling benar. Baru muncul kelompok ke 3 yang membuat pernyataan bukan yang dilihat bukan yang di dengar namun apa yang dirasa itulah berkah. Inilah konsepi berkah pada masyarakat saat itu apa di lihat dengar dan dirasa.
Biasa setiap perdebatan selesai dalam kurun waktu 4 bulan tapi perdebatan tentang berkah utama dalam kurun wkatu 12 tahun belum menemukan solusi, Perdebatan tentang berkah ini menyeruak diantara para manusia jadi setiap hari hal yang selalu diperbincangkan tentang mangala, dari alam manusia perdebatan ini naik ke alam dewa penjaga manusia. Dari alam dewa penjaga manusia karena dewa penjaga manusia ini sehari hari berada sekitar kita dia mendengar apa yang kita lakukan dan melihat apa yg kita lakukan. Dari alam dewa penjaga manusia Naik ke alam dewa bumi dari sini naik ke angkasa dewa, naik lagi ke catturmaharajika kemudian naik lagi ke tavatimsa kemudian terus sampai kealam brahma.
Setiap purnama ada pertemuan dewa yang di adakan di tavatimsa, pertemuan dewa ini di pimpin oleh dewa Sakka, Raja dewata pada saat itu dewa-dewa yg hadir di tavatimsa sudah sepakat. Nanti bilamana Sakka Raja dewa hadir kita sepakat akan bertanya padanya tentang mangala,, maka pada saat Sakka hadir semua dewa menayakan pertanyaaan yang telah mereka sepakati tentang mangala, Sakka mengatakan kepada mereka “dari mana pertanyaan ini muncul” dewa yang bertanya, ditanya demikian oleh Sakka. Dewa yang ditanya mengatakan “dari catturmaharajika”, catturmaharajika mengatakan “bukan saya, dari dewa angkasa”, Dewa angkasa mengatakan “dari dewa bumi”, Dewa bumi mengatakan “dari dewa penjaga manusia”, Dewa penjaga manusia mengatkan “ini dari manusia”.
Kemudian Sakka bertanya di mana Sang Buddha berada setelah mengetahui dimana Sang Buddha berada Sakka memanggil salah satu dewa muda untuk diberi tugas menghadap Sang Buddha, Dewa yg di panggil memilih pakaian yang cocok untuk menghadap Sang Buddha.
Sutta ini di sampaikan Sang Buddha pada saat beliau berdiam di Savatthi
Savatthi berasal dari 2 kata
Sabba = banyak, semua
Ati= barang
Di kota Savatthi adalah kota d mana sang Buddha paling lama menghabiskan masa waktu hidup beliau 25 tahun beliau habiskan di kota Savatthi , di kota Savatthi Ada 2 vihara besar. Yang pertama yang di persembahkan oleh hartawan Anathapindika, Sebuah vihara yang unik dalam proses pembangunanny,a Anathapindika mengenal dhamma pada saat beliau berada di Rajagaha pada saat itu ai memang rutin melakukan perjalanan dari Savatthi ke Rajagaha di Rajagaha dia berdagang dan ia tinggal d rumah saudaranya.
Pada satu kesempatan pada saat ia datang ke Rajagaha yang biasanya disambut namun kali ini tidak disambut, Kemudian dia bertanya kepada saudaranya, “saudaranyanya menjawab bahwa besok ia akan menjamu Sang Buddha” Begitu mendengar kata Buddha sesuatu yang lain bergema di dalam batin Anathapindika. Keyakinan muncul dalam dirinya, saat itu ia ingin segera bertemu Sang Buddha tapi pada saat itu karena hari menjelang sore Saudaranya melarang dia untuk pergi menuju Sang Buddha yang saat itu berada dalam hutan sitavana dan gerbang kerajaan akan segera di tutup. Kata Buddha selalu bergema sampai dalam tidurnya ia terbangun 3 kali, Pada saat bangunnya yang ke 3 hari telah subuh, Anathapindika sudah tidak tahan untuk menemui Sang Buddha. Perjalanan menuju hutan sitavana melewati kuburan namun pada saat itu ada sesosok yakka yang bernama Sivaka yang membantu menguatkan dan meneguhkan dia untuk melangkah maju, Saat itu Sang Buddha sedang melakukan meditasi jalan pada saat bertemu Anathapindika beliau menyapa dengan nama lamanya yaitu Suddhata, kemudian Sang Buddha menguraikan dhamma kepada Anathapindika sehingga ia memperoleh mata dhamma ( sottapanna)
Setelah Anathapindika mengenal dhamma, maka dia mengundang Sang Buddha untuk menerima dana makan darinya esok hari, dan ia memberitahu saudaranya serta Raja Bimbisara, mereka berdua menawarkan untuk meminjamkan uang untuk mempersiapkan dana makan kepada Sang Buddha namun ternyata uang Anathapindika cukup.
Pada kesempatan itu ia berpikir alangkah baiknya bila masyarakat Savatthi juga mengenal dhamma, dia mengundang Sang Buddha untuk datang ke Savatthi, Sang Buddha mengatakan kepada Anathapindika “Tahtagata menyenangi tempat yg tenang”
Sepanjang perjalanan ia memberitahu seluruh masyarakat desa dan kota yang ia lalui. Ia membangun tempat-tempat tinggal singgah Sang Buddha Karena Sang Buddha satu hari melakukan perjalanan 1 yojana ( 16 km)
Di kota savatthi ia mencari tempat yang cocok untuk di bangun sebagai tempat tinggal Sang Buddha dan para bhikkhu, Pada satu kesempatan ia melewati sebuah hutan ia merasa inilah tanah yang cocok untuk tempat tinggal Sang Buddha, ternyata tanah itu milik pangeran Jeta salah satu anak Raja Pasenadi. Kemudian ia menghadap pangerang Jeta, melihat kesungguhan Kemudian pangeran Jeta menawarkan dengan syarat tanah tersebut di tutupi dengan kepingan uang emas. Kemudian dia menutupi tanah hutan jeta itu dengan kepingan uang emas sejumlah 18 juta keping, pangeran Jeta yang melihat kesungguhannya ia bertanya kepada Anathapindika “buat apa tanah ini” Anathapindika menjawab “buat Sang Buddha” mendengar kata Buddha kemudian pangeran jeta mendanakan
Kemudian Anathapindika membangun vihara, kuti dss dengan sejumlah kepingan uang emas yg sama, kemudian dia meresmikan dengan jumlah kepingan uang emas yang sama. Di vihara ini Sang Buddha menghabiskan 19 vassa
Vihara ke 2 adalah Vihara pubbarama yang di persembahkan oleh Vissaka, yang mana pembangunanya dari hasil penjualan perhiasaannya yang tertinggal di vihara disini Sang Buddha menghabiskan 6 vassa.
Setelah dewa itu tiba di savatthi segera bertanya kepada Sang Buddha, dewa itu datang ketika hari menjelang pagi, memang Sang Buddha memiliki waktu untuk mengajar para dewa
Dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi waktu itu di bagi 3 bagian yang masing masing 4 jam
Jam 6 sampai 10 malam waktu mengajar bhikkhu, bhikkhuni, samanera, samaneri, upasaka, upasika
Jam 10 sampai jam 2 waktu untuk dewata
Jam 2 sampai 6 pagi , 1 atau 2 jam beliau beristirahat, kemudian meneranwang sapa yg memiliki parami yg cukup untuk dituntun untuk menembus dhamma, kemudian bersiap siap untuk dengan urusan pribadi dan ber pindatata dan berjalan menuju orang yang siap menuju kesucian
Mangala sutta ada 12 syarir
1 syari pertama ada lah pertanyaan dewa
Bahū devā manussā ca
maṅgalāni acintayuṃ /
ākaṃkhamānā sotthānaṃ
brūhi maṅgalam-uttamaṃ
Syari ke 2 sampi ke 12 adalah jawaban Sang Buddha, 10 syair isi tentang berkah utama, 1 syair merupakan kesimpuklan hasil dari pelaksanaan isi 10 syair sebelumnya.
Syair 2 sampai syair 11 menjelaskan tentang berkah utama
Dari 12 syair, 10 adalah isi yg menjelaskan tentang berkah , dari 10 syair ini tercantum isi 38 berkah yang mana setiap syair memuat 3 sampai 5 berkah
Syair 1,2,4 memuat 3 berkah:
Syair I
01. Asevanā ca bālānaṃ: Tidak bergaul dengan orang-orang dungu.
02. Panḍitānañ ca seyanā: Bergaul dengan yang bijaksana.
03. Pūjā ca pūjanīyānaṃ: Menghormati mereka yang patut dihormati
Syair 2
04. Patirūpadesavāso: Tempat tinggal di lingkungan yang sesuai.
05. Pubbe ca katapuññatā: Telah berbuat jasa kebajikan di masa lalu.
06. Attasammāpaṇidhi: Pikiran seseorang diarahkan dengan benar
Syair 4
11. Mātāpitu upaṭṭhānaṃ: Memberi sokongan kepada orang tua.
12. Puttadārassa saṅgaho: Menyayangi istri dan anak-anak.
13. Anākulā ca kammantā: Melakukan bisnis yang damai dan bebas dari konflik-konflik (masalah).
Syair 3,5,6,8,9,10 memuat 4 berkah
Syair 3
07. Bahusaccañ: Banyak pengetahuan.
08. Bahusippañ: Keahlian dalam pekerjaan seseorang.
09. Vinayo ca susikkhito: Disiplin moral yang telah dipelajari dengan baik.
10. Subhāsitā ca yā vācā: Ucapan yang ramah tamah.
Syair 5
14. Dāna: Tindakan berdana.
15. Dhammacariyā: Perilaku sesuai dengan Dhamma.
16. Nātakānañ ca saṅgaho: Membantu kerabat-kerabatnya.
17. Anavajjāni kammāni: Perbuatan tanpa cela.
Syair 6
18. Ārati pāpā: Menghindari kejahatan.
19. Virati pāpā: Tidak melakukan kejahatan.
20. Majjapānā ca saññamo: Menjauhkan diri dari minuman yang memabukkan.
21. Appamādo ca dhammesu: Ketekunan dalam melakukan apa yang Dhamma.
Syair 8
27. Khantī: Kesabaran
28. Sovacassatā: Sifat penurut ketika dikoreksi.
29. Samaṇānañ ca dassanaṃ: Bertemu (melihat) para Bhikkhu.
30. Kālena dhammasākacchā: Berdiskusi tentang Dhamma pada waktu yang tepat
Syair 9
31. Tapo: Pengendalian diri yang giat.
32. Brahmacariyā: Kehidupan suci dan tanpa noda.
33. Ariyasaccāna dassanaṃ: Pandangan terang terhadap Kebenaran-Kebenaran Mulia.
34. Nibbāna sacchikiriyā: Realisasi Nibbāna.
Syair 10
35. Phuṭṭhassa lokadhammehi cittaṃ yassa na kampati: Pikiran yang tak tergoyahkan oleh pasang surut kehidupan.
36. Asokaṃ: Kebebasan dari duka.
37. Virajaṃ: Kebebasan dari noda hawa nafsu.
38. Khemaṃ: Perlindungan sempurna.
Syair ke 7 memuat 5 berkah
22. Gāravo: Rasa hormat.
23. Nivāto: Kerendahan hati.
24. Santuṭṭhi: Kepuasan hati.
25. Kataññutā: Berterima kasih.
26. Kālena dhammasavanaṃ: Mendengarkan Dhamma pada waktu yang tepat.
( ceramah berdasarkan buku bersahabat dengan sutta dengan berkah berkah tertinggi dlm kehidupan)
Sesungguhnya bila kita mau menelaah , esensi dari praktek dhamma telah jelas Sila, Samadhi dan panna, begitu pula bila kita telaah mangala sutta pun kembali kekonsepsi,
Berkah ke 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21 berkah ini menjelaskan sila
berkah pertama sampai ke 6 adalah aturan-aturan dasar dengan kata lain syair 1,2 menjelaskan aturan dasar
Syair 3 berkah Ke 7 smapai 10 menjelaskan pelatihan indra dalam 3 saluran pikiran perbutaan ucapan, Tahap ini di sebut tahap persiapan.
Berkah 11 sampai 13 menjelaskan pondasi umat awam
Berkah ke 14 sampi 17 menjelaskan tentang kesejahteran social, 2 point ini adalah tahap kewajiban yang harus
Berkah 18 sampai 21 Perlindungan diri dari perilaku jahat dengan kata lain jangan sampai kita melakukan hal yang negative, menjahui kejahatan terhindar dari kejahatan tekun melaksanakan dhamma Semuanya ini menjelaskan tentang sila
Berkah 22 sampai 30 menjelaskan tentang Samadhi
Berkah 31 sampai 38 menjelaskan tentang panna
Seperti yang disampaikan dalam Mahaparinibbana Sutta
Sungguh besar pahala dan kemajuan jika Samadhi dikembangkan atas sila yang baik, sungguh besar pahala dan kemajuan jika kebijaksanaan dikembangkan dari Samadhi yang baik. Batin yang bijaksana akan mampu memadamkan asava, batin bijakssana muncul dari meditasi yg benar, meditasi yang bener muncul dari sila yang baik. Jadi bila kita ingin mendapat keberuntungan dan kemujuran tahun apa pun tidak perduli shio kita apa. Bila kita melaksanankan sila,Samadhi dan panna kita maka kita akan mendapatkan berkah dalam kehidupan

Kamis, 21 April 2011

Ewang Me suttang

salah satu dari 12 cerita dalam buku Ewame suttang

Cerita 1. Raksasa di Sekolah
Suatu ketika, 17 Oktober 2008, waktu itu hari masih pagi, pelajaran pertama baru saja berakhir. Teman-teman seperti biasa gaduh, karena guru selanjutnya belum masuk kelas. Tiba-tiba aku meraskan adanya gempa, aku ketakutan. Aku cepat-cepat memasukkan buku-bukuku ke dalam tas, sambil berpikir gempa ini cukup kuat, tidak seperti biasanya. Teman-temanku heran melihat kelakuanku.

Selagi aku berpikir demikian, tiba-tiba, datanglah sesosok mahluk raksasa ! Aku sangat kaget melihatnya. Mahluk itu berteriak keras sekali. Spontan aku menutup telingaku.

Mahluk itu melihat ke sekeliling, memperhatikan teman-temanku yang masih bercanda dan gaduh. Akhirnya pandangannya berhenti kepadaku, karena aku terus memandangnya. Tadinya aku ingin menutup mataku, tapi tak kulakukan karena aku penasaran juga.

Kamu pun mulai berkomunikasi. Dia memujiku sebagai anak yang baik, karena aku anak yang tidak berisik di kelas. Selagi berkomunikasi dengannya, datang wali kelasku memasuki kelas. Raksasa itu pun keluar kelas dan menuruni tangga. Sudah tentu suara langkah kakinya sangatlah keras.

Selagi ibu guru mengajar, aku "sibuk" berkomunikasi lagi dengan nya. Dia bercerita, dulunya dia adalah seorang guru. Dia mengajar mata pelajaran olahraga. Dia sangat galak dan disiplin. Dia punya seorang istri yang cantik, sesama guru juga. Raksasa itu bilang bahwa aku pernah bertemu dengan istrinya. Aku bertanya, "Yang mana ?".

Raksasa itu menjawab, ketika aku ketinggalan barang di sekolah, sore-sore aku datang ke sekolah. Waktu itu aku memasuki kelas, ada seorang ibu guru yang sedang mengajar. Di papan tulisnya ada tulisan bahasa jawa kuno. Ternyata ibu guru itu adalah istrinya.

Dia bilang, dia dan murid-muridnya mati terbakar disebuah sekolah. Dia sangat senang bisa curhat sama aku. Dan dia sekarang menganggap aku sebagai temannya.

Ketika pulang sekolah, aku menceritakan pengalamanku hari ini di sekolah. Reaksi mamaku adalah merasa geli dan tertawa-tawa. Mama bilang, "Kamu lucu y, Vi, punya teman kok raksasa..." Walaupun Mama tertawa-tawa, tapi aku tahu Mama percaya dengan apa yang kukatakan. Terimakasih, Mama...

Ewang Me Sutang...
Demikianlah yang kudengar...

Cerita 2. Mahluk Halus di Perumahan

Suatu ketika, 22 Juli 2010, aku pulang dari sekolah. Saat memasuki perumahan, kulihat banyak mahluk halus di sekitar gerbang perumahan. Mereka ada di pohon, di dekat pangkalan ojek, di atas pagar rumah, dan di mana-mana. Mereka semua menatapku dan tertawa.

Wujud mereka sama. Kurus, telanjang, tanpa alat kelamin, sekeliling mata mereka hitam. Yang membedakan mereka hanya ukuran tubuh dan rambutnya. Ada yang berbadan sedang dan ada yang berbadan kecil seperti anak-anak. Ada yang berambut panjang dan ada yang berambut pendek.

Lalu aku menanyai mereka, "Kenapa kalian bisa terlahir seperti itu ?" Mereka menjawab bahwa mereka dulu tinggal di situ. Dan mereka semua mati dibunuh.

Karena mereka mati dengan cara mengenaskan, mereka semua terlahir kembali bersama-sama dan menghuni tempat di mana dahulu mereka hidup...

Ewang Me Sutang...
Demikianlah yang kudengar...

Cerita 4. Ketika Membersihkan Altar

Suatu ketika, 3 Juli 2010, hari itu bertepatan dengan dimulainya masa wassa (masa retret para biksu di musim hujan). Sejak kemarin, Mama dan aku berniat untuk membersihkan patung-patung dan meja altar.

Hari ini kami bersukacita, karena kami melakukan karma baik bersama-sama. Setelah kami selesai membersihkan patung dan meja altar, datanglah dua dewi dan dua dewa.

Yang dewi berada di sebelah kiri Mama, dan ada dua dewa, yang satu di sebelah kanan Mama, yang satu lagi di belakang Mama. Yang dewi dan dewa di sebelah kiri dan kanan menepuk bahu Mama. Sedangkan satu dewa lagi menghampiriku, lalu menepuk bahuku.

Dewa itu memakai pakaian terusan panjang berwarna putih, berambut hitam panjang, memakai mahkota putih yang ujungnya berbentuk seperti wajik. Di atas ujung mahkota itu ada selendang berwarna putih. Sedangkan yang dewi, hampir sama ciri-cirinya dengan yang dewa, hanya berbeda di bagian tangan dan bibir. Tangan dewi lebih kecil dan bibirnya merah. Wajah mereka sangat rupawan dan seluruh tubuh mereka berkilauan.

Aku heran mengapa mereka datang. Apa yang mereka inginkan ? Sebelum dewa dan dewi itu menjawab pertanyaanku, aku kaget melihat serombongan dewa-dewi datang. Mereka banyak sekali, berbaris dari ruang tamu dan memasuki ruang puja baktiku. Karena ruangannya kecil, mereka ada yang duduk di ruang tamu, sambil tetap menghadap ke altar. Seiring mereka memasuki ruang puja bakti, aku dan Mama bernamaskara kepada mereka.

Mereka lalu mengambil sikap namaskara, dan melafalkan paritta bersama-sama. Setelah mereka selesai melafal paritta, mereka memberi kami kesempatan untuk bertanya hal-hal yang ingin kami tahu. Mereka sempat memberitahukan kehidupan lampau Mama, atas pertanyaan Mama.

Lalu Mama bertanya, perbuatan baik apakah yang telah mereka lakukan sehingga bisa terlahir di alam surga ? Salah satu dari dewa itu menjawab, "Dulu kami semua adalah penduduk di suatu desa. Kami semua melakukan kebajikan bersama-sama untuk desa kami. Seperti, membangun jembatan, membuat jalan, dan lain-lain. Kami selalu saling membantu dan bekerja sama. Kami semua dipimpin oleh seorang pemimpin yang bijaksana. Kami semua sangat menghormatinya."

"Hingga suatu ketika, para pendatang menyerbu desa kami. Dengan maksud melenyapkan desa kami. Mereka membakar semuanya. Banyak nyawa yang melayang sia-sia karena peristiwa ini. Kami yang sekarang ini, dulu mati terbakar bersama-sama. Karena kebajikan yang kami lakukan kurang lebih setara, dan kami lakukan secara bersama-sama, kami terlahr kembali secara bersama-sama di alam surga yang sama."

Mama lalu bertanya lagi, "Mengapa terlahir di alam dewa ? Sedangkan kalian meninggal dengan menderita karena dibakar ?" Dewa itu pun menjawab, "Walaupun kami mati dibakar, tapi pikiran kami tenang, karena kami ingat perbuatan baik yang telah kami lakukan. Orang baik dan orang jahat yang meninggal, orang yang baik lebih tenang pikirannya, meski penderitaannya mungkin sama pada saat meninggal. Orang jahat sudah menderita fisiknya, juga menderita batinnya..."

Aku dan Mama berterima kasih atas kehadiran mereka dan atas pembabaran Dhamma dari mereka. Lalu mereka pun pamit, pulang lagi ke alamnya...

Ewang Me Sutang...
Demikianlah yang kudengar...