Minggu, 03 Juli 2011

Retret meditasi dengan Ven Visuddhacara

Akhir juni 2011 ini umat samarinda mendapat kesempatan retret meditasi di vihara Muladharma yang di bimbing oleh Ven Visuddhacara yang di mulai dari tgl 25 juni malam sampai 1 juli pagi. Dan juga di adakan 4 kali dhammatalk bersama Ven Visuddhacara pada tanggal :
1. 26 juni 2011 pkl 10.00 membahas tentang asal mula pembabaran Ratana Sutta dan asal usul kota vesali
2. 26 juni 2011 pkl 17.30 membahas tentang Sakka Panha Sutta
3. 28 juni 2011 pkl 19.30 membahas tentang Kathina
4. 30 Juni 2011 pkl 19.30 membahas tentang bakti terhadap orang tua
( dhammatalk disampaikan dalam bahasa Mandarin)

untuk retret sendiri di mulai 25 juni pkl 20.00 dimulai dengan arahan dan bimbingan mengenai teknik meditasi yang digunakan yaitu anapanasati (keluar masuk nafas) kepada 13 yogi ( 9 pria, 4 wanita) serta praktik singkat meditasi selama 30 menit kemudian para peserta dapat beristirahat sekitar pkl 22.00. selanjutnya jadwal meditasi selama retret sb
04.30-05.00 =bangun pagi dan siap2
05.00-06.15= meditasi
06.15-06.30= permohonan delapan sila
06.30-07.30= sarapan dan beres2
07.30-11.00=meditasi
11.00-13.30= makan siang + istirahat
13.30-15.00= meditasi
15.00-16.00= wawancara
16.00-17.30= meditasi
17.30-19.00= istirahat + mandi
19.00-21.30= meditasi / dhammatalk
21.30= istirahat
selain tetap menggunakan meditasi dengan objek anapanasati, beliau juga memberikan metode agar dapat memperkuat konsentrasi yang dilakukan pada awal dan akhir meditasi anapanasati seperti meditasi
1. metta ( cinta kasih)
2. Asubha ( objek yang menjijikan)
3. 32 bagian tubuh
4. rangka
5. Buddhanussati ( perenungan terhadap kualitas Buddha)
retret ditutup tgl 1 juli pagi hari setelah melakukan permohonan lima sila di lanjutkan dengan sarapan kemudian para yogi membersihkan tempat tidur yang digunakan dan bersiap siap
pukul 8.30 dilakukan dana kepada bhante serta pelimpahan jasa dan kemudian ditutup dengan foto bersama yogi dan ven visuddhacara
setelah foto bersama masih ada diskusi dhamma dengan ven Visuddhacara karena ini merupakan hari terakhir retret dan venerable kan langsung kembali ke singapore sore harinya
setelah makan siang sekitar pukul 12.00 Ven visuddhacara meninggalkan vihara Muladharma untuk menuju ke bandara sepinggan di balikpapan karena pesawat venerable berangkat pukul 17.20 sore sekitar 14.30 bhante telah tiba di bandara sepinggan dan 15.00 bhante telah selesai melakukan check in dan beliau beristirahat sambil menunggu penerbangan menuju singapore pada pukul 17.20 dan akan tiba di singapore sekitar pkl 19.00
foto : penyerahan dana kepada bhante
ket foto dari kanan atas: Robin, Denny, Jemmy, Anton, Ven Visuddhacara, Fredy, Achen, Wi Chien
ket foto dari kanan Bawah : Dharma, Ibu Liliana, Ibu Lie Ing, Evelin, Melly

sedikit tanya jawab dengan Ven Visuddhacara selama perjalanan menuju balikpapan
1. Mengapa anda memilih menjadi Bhikkhu Theravada?
  • jawab : di Taiwan mayoritas Buddhis ialah Mahayana dan pada suatu hari bhante bertemu YM Pa Uk Sayadaw pada waktu datang ke Taiwan dan kemudian bhante berangkat keMnymar belajar meditasi di Pa UK meditasi center dan kemudian mengambil keputusan untuk menjadi seorang bhikkhu theravada
2.Mengapa Bhante memilih untuk menjadi seorang vegetarian, sedangkan dalam vinaya Theravada tidak ada ketentuan untuk menjadi vegetarian?
  • setelah bertemu dengan YM Pa Uk Sayadaw dan belajar meditasi di Pa Uk meditasi center dimana YM Pa Uk Sayadaw sendiri vegetarian dan ketika beliau belajar ke Srilangka para Mahathero di Srilangka tersebut juga banyak yang vegetarian. dan juga dalam vinaya theravada menjadi seorang vegetarian atau tidak , tidak menjadi suatu masalah
3. Bila dalam meditasi anapanasati, pada permulaan meditasi dan di akhir meditasi biasa bhante mengajarkan untuk metta bhavana dahulu untuk dapat mudah konsentrasi dan mengurangi bermacam macam pikiran yang muncul , namun bila tiba tiba pikiran muncul pada pertengahan meditasi bisa kah kita kembali ke metta bahvana?
  • meditasi metta hanya di lakukan pada awal dan akhir meditasi anapanasati, bila mncul keinginan2 pada pertengahan meditasi, kita bisa melakukan menghitung nafas yang keluar dan masuk 1-8 ulang mengulang atau dapat melakukan meditasi jalan sampai pikiran agak tenang , dan jangan menganti obyek anapanasati tersebut

at bandara sepinggan

Senin, 20 Juni 2011

Berdamai dengan diri sendiri

Ada seorang dokter militer yang mengikuti pasukan ke medan perang. Ia mengobati tentara yang terluka di medan perang.

Bila pasiennya sembuh dari luka, mereka di kirim kembali untuk bertempur. Akibatnya, mereka terluka lagi, lalu terbunuh.

Setelah melihat skenario ini berulang-ulang, dokter tersebut akhirnya mengalami patah semangat.

Pikirnya : Bila seseorang ditakdirkan untuk mati, mengapa aku harus menyelamatkannya ? Bila pengetahuian medisku ada gunanya, mengapa ia pergi ke medan perang dan kehilangan nyawanya.

Dokter tersebut tidak memahami apakah ada artinya ia menjadi dokter militer, dan ia sangat sedih sehingga ia tidak mampun menyembuhkan orang lagi.

Karenanya, ia naik gunung untuk mencari seorang master Zen.

Setelah bersama seorang master Zen selama beberapa bulan ...

Akhirnya, ia mengerti masalah dia sepenuhnya. Ia turun gunung untuk terus berpraktek sebagai dokter.

Amedha with samanera Municaro

ket foto dari kanan yang berdiri: Fera , Willy,Yono, Denny, Samanera Municaro, Anton, Rudy, Nina dari kanan yang duduk : Fredy , Andre ,Herman, Jerry

Samarinda  mendapat kesempatan bimbingan dan sharing meditasi langsung dari samanera Municaro,samanera  berasal Dari daerah Yogya yang sedang mendapat tugas dari Sangha Theravada Indonesia untuk membantu pembinaan umat Buddha di Kalimantan Timur.
Amedha sendiri merupakan salah satu kegiatan yang di miliki patria samarinda yang merupakan kepanjangan dari Atthasila Meditasi dan dhammadesana , kegiatan ini telah berlangsung kurang lebih 3 tahun setengah yang di mulai 16 januari 2008, kegiatan ini bertujuan memfasilitasi kegiatan anak muda dalam bersama sama meditasi atau sitting bareng
Amedha kali ini  diadakan secara 3 hari berturut turut mulai hari kamis 16 juni sampai penutupan sabtu 18 juni 2010, dan di bimbing langsung oleh samanera Municaro dengan peserta sekitar 20-30 orang. Kegiatan amedha di mulai dengan membacakan paritta seperti pada puja bakti vihara Theravada pada umumnya dan di lanjutkan dengan meditasi sekitar 30-45 menit dan dilanjutkan dengan sharing dan Tanya jawab mengenai masalah meditasi
Mulai dengan pertanyaan yang mengapa setelah meditasi egonya menjadi tambah tinggi bukannya malah berkurang, dan di jawab oleh samanera “ mungkin dalam meditasi pada saat pikiran melayang dia menarik pikiran tersebut kembali ke objek secara by pass, baiknya bila hal tersebut terjadi kita jangan menarik secara by pass namun secara perlahan mengembalikan pikiran yang melayang tersebut ke objek yang kita gunakan.
Kemudian ada pula pertanyaan mengenai timbulnya kebencian terhadap pikiran yang melayang “ tidak konsen” beliau menjelaskan hal itu biasa terjadi pikiran amat liar selalu berkelana kesana kemari.
Pada penutupan amedha hari sabtu 18 juni 2011, samanera berpesan ke pada yang hadir dalam menyikapi berbagai macam metode yang ada dalam meditasi seperti ada teknik dari Pa Uk Sayadaw , Mahasi sayadaw, U Tejaniya, dll . Kita tidak perlu sibuk memperdebatkan mana yang benar mana yang salah sebab meditasi adalah kecocokan kita dengan metode, mungkin ada yang cocok dengan metode mahasi, namun ada pula yang cocok dengan Pa Uk . Jadi Marilah kita bermeditasi dengan metode yang cocok dengan diri kita.



semoga semua makhluk hidup berbahagia

Minggu, 01 Mei 2011

"Berkah Utama" oleh Bhikkhu Dhammiko


Namo Tassa Bhagavato Arahato SammasamBuddhassa
Setiap tahun kita selalu mengalami pergantian Tahun, yang sering kita sebut dengan istilah Tahun baru, 1 januari kita sebut dengan Tahun baru masehi, kemudian ada Tahun baru imlek, ada tahun baru jawa ,1 suro dan juga mungkin ada tahun baru lainya yang berdasarkan adat masyarakat setempat .
Termasuk waisak, waisak pun menjadi tahun baru bagi kita umat Buddha karena Setiap datangnya waisak tahun Buddhis selalu berganti sekarang kita masih berada di tahun Buddhis 2554 maka begitu purnama depan tahun Buddhist sudah berganti menjadi 2555, Yang unik dari sekian banyak tahun baru yang ada dalam masyakat yang paling unik adalah tahun baru imlek. Mengapa tahun baru imlek menjadi unik bahkan sebelum datangnya tahun baru, kenapa setiap menjelang tahun baru imlek baik orang tionghwa maupun bukan orang tionghwa sibuk Memperbincangkan bagaimana peruntungan mereka di tahun yang baru. Mengapa di cocok cocokan, karena menurut penaggalan imek setiap tahun 12 bulan, setiap tahun berganti maka ada Simbol hewan yang di gunakanpun berganti yang dalam bahasa kita di sebut shio. Banyak media cetak, elektronik maupun media cetak membahas tentang hal ini Sehinga pembicaraan pun menjadi ramai. Banyak buku buku ditulis oleh para pakar tentang hal yg demikian katanya, dan banyak juga buku- buku itu menjadi best seller di kemudian hari ,
Pembahasan tentang peruntungan di tahun baru ini bukan hanya beredar di media, bukan hanya dikalangan masyarakat umum tetapi juga masuk ke vihara vihara. Kalau kita mau tahu peruntungna kita tidak perlu kita bertanya kesana kemari. Carilah di rujukan dari apa yang diajarkan oleh sang Buddha kita mengaku beragama Buddha namun kita tidak pernah menelaah kita suci Agama Buddha. Orang tionghawa menyebut peruntungan sama dengan hoki, hoki sinonim dengan mangala, jadi kalau kita mau tahu peruntungan kita dalam tiap tahun, tidak perlu mencari suhu yg hebat kita hanya perlu merujuk ke mangala sutta
Mangala berasal dari 2 suku kata
Man= keadaan yg menyedihkan
Gala = menghalau
Dengan kata lain mangala adalah kebahagian, mangala sutta adalah sebuah sutta yg unik dari segi pembabaranya karena sutta ini di babarkan setelah 12 tahun terjadi perdebatan. Di jaman sang Buddha ada kebiasaan dalam masyarakat India, Kota-kota besar di gerbang kota selalu terjadi pembahasan masalah atau dengan bahasa yang lebih modern disebut dengan diskusi. Biasanya sebuah topik dingkat untuk di perbincangkan setiap topic umumnya selesai dalam kurun waktu 4 bulan. Setiap orang yang bisa memberikan argument yang terbaik akan mendapat hadiah atas argumentnya tersebut.
Salah satu kesempatan mulai mengemukan Perdebatan atau diskusi tentang apa yang dimaksud dengan berkah utama atau berkah mulia. Perdebatan tentang berkah mulai muncul kepermukaaan. Ada kelompok pertama mengatakan konsep penyataan bahwa Apa yang dilihat itulah berkah, mulai terbentuk kelompok apa yg dilihat itulah berkah terutama yang indah.
Yang Ke 2 mulai muncul pernyataan ke 2, Apa yang didengar itulah berkah jadi sudah mulai muncul 2 kelompok, masing masing merasa pendapat kelompoknya lah itu yang paling benar. Baru muncul kelompok ke 3 yang membuat pernyataan bukan yang dilihat bukan yang di dengar namun apa yang dirasa itulah berkah. Inilah konsepi berkah pada masyarakat saat itu apa di lihat dengar dan dirasa.
Biasa setiap perdebatan selesai dalam kurun waktu 4 bulan tapi perdebatan tentang berkah utama dalam kurun wkatu 12 tahun belum menemukan solusi, Perdebatan tentang berkah ini menyeruak diantara para manusia jadi setiap hari hal yang selalu diperbincangkan tentang mangala, dari alam manusia perdebatan ini naik ke alam dewa penjaga manusia. Dari alam dewa penjaga manusia karena dewa penjaga manusia ini sehari hari berada sekitar kita dia mendengar apa yang kita lakukan dan melihat apa yg kita lakukan. Dari alam dewa penjaga manusia Naik ke alam dewa bumi dari sini naik ke angkasa dewa, naik lagi ke catturmaharajika kemudian naik lagi ke tavatimsa kemudian terus sampai kealam brahma.
Setiap purnama ada pertemuan dewa yang di adakan di tavatimsa, pertemuan dewa ini di pimpin oleh dewa Sakka, Raja dewata pada saat itu dewa-dewa yg hadir di tavatimsa sudah sepakat. Nanti bilamana Sakka Raja dewa hadir kita sepakat akan bertanya padanya tentang mangala,, maka pada saat Sakka hadir semua dewa menayakan pertanyaaan yang telah mereka sepakati tentang mangala, Sakka mengatakan kepada mereka “dari mana pertanyaan ini muncul” dewa yang bertanya, ditanya demikian oleh Sakka. Dewa yang ditanya mengatakan “dari catturmaharajika”, catturmaharajika mengatakan “bukan saya, dari dewa angkasa”, Dewa angkasa mengatakan “dari dewa bumi”, Dewa bumi mengatakan “dari dewa penjaga manusia”, Dewa penjaga manusia mengatkan “ini dari manusia”.
Kemudian Sakka bertanya di mana Sang Buddha berada setelah mengetahui dimana Sang Buddha berada Sakka memanggil salah satu dewa muda untuk diberi tugas menghadap Sang Buddha, Dewa yg di panggil memilih pakaian yang cocok untuk menghadap Sang Buddha.
Sutta ini di sampaikan Sang Buddha pada saat beliau berdiam di Savatthi
Savatthi berasal dari 2 kata
Sabba = banyak, semua
Ati= barang
Di kota Savatthi adalah kota d mana sang Buddha paling lama menghabiskan masa waktu hidup beliau 25 tahun beliau habiskan di kota Savatthi , di kota Savatthi Ada 2 vihara besar. Yang pertama yang di persembahkan oleh hartawan Anathapindika, Sebuah vihara yang unik dalam proses pembangunanny,a Anathapindika mengenal dhamma pada saat beliau berada di Rajagaha pada saat itu ai memang rutin melakukan perjalanan dari Savatthi ke Rajagaha di Rajagaha dia berdagang dan ia tinggal d rumah saudaranya.
Pada satu kesempatan pada saat ia datang ke Rajagaha yang biasanya disambut namun kali ini tidak disambut, Kemudian dia bertanya kepada saudaranya, “saudaranyanya menjawab bahwa besok ia akan menjamu Sang Buddha” Begitu mendengar kata Buddha sesuatu yang lain bergema di dalam batin Anathapindika. Keyakinan muncul dalam dirinya, saat itu ia ingin segera bertemu Sang Buddha tapi pada saat itu karena hari menjelang sore Saudaranya melarang dia untuk pergi menuju Sang Buddha yang saat itu berada dalam hutan sitavana dan gerbang kerajaan akan segera di tutup. Kata Buddha selalu bergema sampai dalam tidurnya ia terbangun 3 kali, Pada saat bangunnya yang ke 3 hari telah subuh, Anathapindika sudah tidak tahan untuk menemui Sang Buddha. Perjalanan menuju hutan sitavana melewati kuburan namun pada saat itu ada sesosok yakka yang bernama Sivaka yang membantu menguatkan dan meneguhkan dia untuk melangkah maju, Saat itu Sang Buddha sedang melakukan meditasi jalan pada saat bertemu Anathapindika beliau menyapa dengan nama lamanya yaitu Suddhata, kemudian Sang Buddha menguraikan dhamma kepada Anathapindika sehingga ia memperoleh mata dhamma ( sottapanna)
Setelah Anathapindika mengenal dhamma, maka dia mengundang Sang Buddha untuk menerima dana makan darinya esok hari, dan ia memberitahu saudaranya serta Raja Bimbisara, mereka berdua menawarkan untuk meminjamkan uang untuk mempersiapkan dana makan kepada Sang Buddha namun ternyata uang Anathapindika cukup.
Pada kesempatan itu ia berpikir alangkah baiknya bila masyarakat Savatthi juga mengenal dhamma, dia mengundang Sang Buddha untuk datang ke Savatthi, Sang Buddha mengatakan kepada Anathapindika “Tahtagata menyenangi tempat yg tenang”
Sepanjang perjalanan ia memberitahu seluruh masyarakat desa dan kota yang ia lalui. Ia membangun tempat-tempat tinggal singgah Sang Buddha Karena Sang Buddha satu hari melakukan perjalanan 1 yojana ( 16 km)
Di kota savatthi ia mencari tempat yang cocok untuk di bangun sebagai tempat tinggal Sang Buddha dan para bhikkhu, Pada satu kesempatan ia melewati sebuah hutan ia merasa inilah tanah yang cocok untuk tempat tinggal Sang Buddha, ternyata tanah itu milik pangeran Jeta salah satu anak Raja Pasenadi. Kemudian ia menghadap pangerang Jeta, melihat kesungguhan Kemudian pangeran Jeta menawarkan dengan syarat tanah tersebut di tutupi dengan kepingan uang emas. Kemudian dia menutupi tanah hutan jeta itu dengan kepingan uang emas sejumlah 18 juta keping, pangeran Jeta yang melihat kesungguhannya ia bertanya kepada Anathapindika “buat apa tanah ini” Anathapindika menjawab “buat Sang Buddha” mendengar kata Buddha kemudian pangeran jeta mendanakan
Kemudian Anathapindika membangun vihara, kuti dss dengan sejumlah kepingan uang emas yg sama, kemudian dia meresmikan dengan jumlah kepingan uang emas yang sama. Di vihara ini Sang Buddha menghabiskan 19 vassa
Vihara ke 2 adalah Vihara pubbarama yang di persembahkan oleh Vissaka, yang mana pembangunanya dari hasil penjualan perhiasaannya yang tertinggal di vihara disini Sang Buddha menghabiskan 6 vassa.
Setelah dewa itu tiba di savatthi segera bertanya kepada Sang Buddha, dewa itu datang ketika hari menjelang pagi, memang Sang Buddha memiliki waktu untuk mengajar para dewa
Dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi waktu itu di bagi 3 bagian yang masing masing 4 jam
Jam 6 sampai 10 malam waktu mengajar bhikkhu, bhikkhuni, samanera, samaneri, upasaka, upasika
Jam 10 sampai jam 2 waktu untuk dewata
Jam 2 sampai 6 pagi , 1 atau 2 jam beliau beristirahat, kemudian meneranwang sapa yg memiliki parami yg cukup untuk dituntun untuk menembus dhamma, kemudian bersiap siap untuk dengan urusan pribadi dan ber pindatata dan berjalan menuju orang yang siap menuju kesucian
Mangala sutta ada 12 syarir
1 syari pertama ada lah pertanyaan dewa
Bahū devā manussā ca
maṅgalāni acintayuṃ /
ākaṃkhamānā sotthānaṃ
brūhi maṅgalam-uttamaṃ
Syari ke 2 sampi ke 12 adalah jawaban Sang Buddha, 10 syair isi tentang berkah utama, 1 syair merupakan kesimpuklan hasil dari pelaksanaan isi 10 syair sebelumnya.
Syair 2 sampai syair 11 menjelaskan tentang berkah utama
Dari 12 syair, 10 adalah isi yg menjelaskan tentang berkah , dari 10 syair ini tercantum isi 38 berkah yang mana setiap syair memuat 3 sampai 5 berkah
Syair 1,2,4 memuat 3 berkah:
Syair I
01. Asevanā ca bālānaṃ: Tidak bergaul dengan orang-orang dungu.
02. Panḍitānañ ca seyanā: Bergaul dengan yang bijaksana.
03. Pūjā ca pūjanīyānaṃ: Menghormati mereka yang patut dihormati
Syair 2
04. Patirūpadesavāso: Tempat tinggal di lingkungan yang sesuai.
05. Pubbe ca katapuññatā: Telah berbuat jasa kebajikan di masa lalu.
06. Attasammāpaṇidhi: Pikiran seseorang diarahkan dengan benar
Syair 4
11. Mātāpitu upaṭṭhānaṃ: Memberi sokongan kepada orang tua.
12. Puttadārassa saṅgaho: Menyayangi istri dan anak-anak.
13. Anākulā ca kammantā: Melakukan bisnis yang damai dan bebas dari konflik-konflik (masalah).
Syair 3,5,6,8,9,10 memuat 4 berkah
Syair 3
07. Bahusaccañ: Banyak pengetahuan.
08. Bahusippañ: Keahlian dalam pekerjaan seseorang.
09. Vinayo ca susikkhito: Disiplin moral yang telah dipelajari dengan baik.
10. Subhāsitā ca yā vācā: Ucapan yang ramah tamah.
Syair 5
14. Dāna: Tindakan berdana.
15. Dhammacariyā: Perilaku sesuai dengan Dhamma.
16. Nātakānañ ca saṅgaho: Membantu kerabat-kerabatnya.
17. Anavajjāni kammāni: Perbuatan tanpa cela.
Syair 6
18. Ārati pāpā: Menghindari kejahatan.
19. Virati pāpā: Tidak melakukan kejahatan.
20. Majjapānā ca saññamo: Menjauhkan diri dari minuman yang memabukkan.
21. Appamādo ca dhammesu: Ketekunan dalam melakukan apa yang Dhamma.
Syair 8
27. Khantī: Kesabaran
28. Sovacassatā: Sifat penurut ketika dikoreksi.
29. Samaṇānañ ca dassanaṃ: Bertemu (melihat) para Bhikkhu.
30. Kālena dhammasākacchā: Berdiskusi tentang Dhamma pada waktu yang tepat
Syair 9
31. Tapo: Pengendalian diri yang giat.
32. Brahmacariyā: Kehidupan suci dan tanpa noda.
33. Ariyasaccāna dassanaṃ: Pandangan terang terhadap Kebenaran-Kebenaran Mulia.
34. Nibbāna sacchikiriyā: Realisasi Nibbāna.
Syair 10
35. Phuṭṭhassa lokadhammehi cittaṃ yassa na kampati: Pikiran yang tak tergoyahkan oleh pasang surut kehidupan.
36. Asokaṃ: Kebebasan dari duka.
37. Virajaṃ: Kebebasan dari noda hawa nafsu.
38. Khemaṃ: Perlindungan sempurna.
Syair ke 7 memuat 5 berkah
22. Gāravo: Rasa hormat.
23. Nivāto: Kerendahan hati.
24. Santuṭṭhi: Kepuasan hati.
25. Kataññutā: Berterima kasih.
26. Kālena dhammasavanaṃ: Mendengarkan Dhamma pada waktu yang tepat.
( ceramah berdasarkan buku bersahabat dengan sutta dengan berkah berkah tertinggi dlm kehidupan)
Sesungguhnya bila kita mau menelaah , esensi dari praktek dhamma telah jelas Sila, Samadhi dan panna, begitu pula bila kita telaah mangala sutta pun kembali kekonsepsi,
Berkah ke 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21 berkah ini menjelaskan sila
berkah pertama sampai ke 6 adalah aturan-aturan dasar dengan kata lain syair 1,2 menjelaskan aturan dasar
Syair 3 berkah Ke 7 smapai 10 menjelaskan pelatihan indra dalam 3 saluran pikiran perbutaan ucapan, Tahap ini di sebut tahap persiapan.
Berkah 11 sampai 13 menjelaskan pondasi umat awam
Berkah ke 14 sampi 17 menjelaskan tentang kesejahteran social, 2 point ini adalah tahap kewajiban yang harus
Berkah 18 sampai 21 Perlindungan diri dari perilaku jahat dengan kata lain jangan sampai kita melakukan hal yang negative, menjahui kejahatan terhindar dari kejahatan tekun melaksanakan dhamma Semuanya ini menjelaskan tentang sila
Berkah 22 sampai 30 menjelaskan tentang Samadhi
Berkah 31 sampai 38 menjelaskan tentang panna
Seperti yang disampaikan dalam Mahaparinibbana Sutta
Sungguh besar pahala dan kemajuan jika Samadhi dikembangkan atas sila yang baik, sungguh besar pahala dan kemajuan jika kebijaksanaan dikembangkan dari Samadhi yang baik. Batin yang bijaksana akan mampu memadamkan asava, batin bijakssana muncul dari meditasi yg benar, meditasi yang bener muncul dari sila yang baik. Jadi bila kita ingin mendapat keberuntungan dan kemujuran tahun apa pun tidak perduli shio kita apa. Bila kita melaksanankan sila,Samadhi dan panna kita maka kita akan mendapatkan berkah dalam kehidupan

Kamis, 21 April 2011

Ewang Me suttang

salah satu dari 12 cerita dalam buku Ewame suttang

Cerita 1. Raksasa di Sekolah
Suatu ketika, 17 Oktober 2008, waktu itu hari masih pagi, pelajaran pertama baru saja berakhir. Teman-teman seperti biasa gaduh, karena guru selanjutnya belum masuk kelas. Tiba-tiba aku meraskan adanya gempa, aku ketakutan. Aku cepat-cepat memasukkan buku-bukuku ke dalam tas, sambil berpikir gempa ini cukup kuat, tidak seperti biasanya. Teman-temanku heran melihat kelakuanku.

Selagi aku berpikir demikian, tiba-tiba, datanglah sesosok mahluk raksasa ! Aku sangat kaget melihatnya. Mahluk itu berteriak keras sekali. Spontan aku menutup telingaku.

Mahluk itu melihat ke sekeliling, memperhatikan teman-temanku yang masih bercanda dan gaduh. Akhirnya pandangannya berhenti kepadaku, karena aku terus memandangnya. Tadinya aku ingin menutup mataku, tapi tak kulakukan karena aku penasaran juga.

Kamu pun mulai berkomunikasi. Dia memujiku sebagai anak yang baik, karena aku anak yang tidak berisik di kelas. Selagi berkomunikasi dengannya, datang wali kelasku memasuki kelas. Raksasa itu pun keluar kelas dan menuruni tangga. Sudah tentu suara langkah kakinya sangatlah keras.

Selagi ibu guru mengajar, aku "sibuk" berkomunikasi lagi dengan nya. Dia bercerita, dulunya dia adalah seorang guru. Dia mengajar mata pelajaran olahraga. Dia sangat galak dan disiplin. Dia punya seorang istri yang cantik, sesama guru juga. Raksasa itu bilang bahwa aku pernah bertemu dengan istrinya. Aku bertanya, "Yang mana ?".

Raksasa itu menjawab, ketika aku ketinggalan barang di sekolah, sore-sore aku datang ke sekolah. Waktu itu aku memasuki kelas, ada seorang ibu guru yang sedang mengajar. Di papan tulisnya ada tulisan bahasa jawa kuno. Ternyata ibu guru itu adalah istrinya.

Dia bilang, dia dan murid-muridnya mati terbakar disebuah sekolah. Dia sangat senang bisa curhat sama aku. Dan dia sekarang menganggap aku sebagai temannya.

Ketika pulang sekolah, aku menceritakan pengalamanku hari ini di sekolah. Reaksi mamaku adalah merasa geli dan tertawa-tawa. Mama bilang, "Kamu lucu y, Vi, punya teman kok raksasa..." Walaupun Mama tertawa-tawa, tapi aku tahu Mama percaya dengan apa yang kukatakan. Terimakasih, Mama...

Ewang Me Sutang...
Demikianlah yang kudengar...

Cerita 2. Mahluk Halus di Perumahan

Suatu ketika, 22 Juli 2010, aku pulang dari sekolah. Saat memasuki perumahan, kulihat banyak mahluk halus di sekitar gerbang perumahan. Mereka ada di pohon, di dekat pangkalan ojek, di atas pagar rumah, dan di mana-mana. Mereka semua menatapku dan tertawa.

Wujud mereka sama. Kurus, telanjang, tanpa alat kelamin, sekeliling mata mereka hitam. Yang membedakan mereka hanya ukuran tubuh dan rambutnya. Ada yang berbadan sedang dan ada yang berbadan kecil seperti anak-anak. Ada yang berambut panjang dan ada yang berambut pendek.

Lalu aku menanyai mereka, "Kenapa kalian bisa terlahir seperti itu ?" Mereka menjawab bahwa mereka dulu tinggal di situ. Dan mereka semua mati dibunuh.

Karena mereka mati dengan cara mengenaskan, mereka semua terlahir kembali bersama-sama dan menghuni tempat di mana dahulu mereka hidup...

Ewang Me Sutang...
Demikianlah yang kudengar...

Cerita 4. Ketika Membersihkan Altar

Suatu ketika, 3 Juli 2010, hari itu bertepatan dengan dimulainya masa wassa (masa retret para biksu di musim hujan). Sejak kemarin, Mama dan aku berniat untuk membersihkan patung-patung dan meja altar.

Hari ini kami bersukacita, karena kami melakukan karma baik bersama-sama. Setelah kami selesai membersihkan patung dan meja altar, datanglah dua dewi dan dua dewa.

Yang dewi berada di sebelah kiri Mama, dan ada dua dewa, yang satu di sebelah kanan Mama, yang satu lagi di belakang Mama. Yang dewi dan dewa di sebelah kiri dan kanan menepuk bahu Mama. Sedangkan satu dewa lagi menghampiriku, lalu menepuk bahuku.

Dewa itu memakai pakaian terusan panjang berwarna putih, berambut hitam panjang, memakai mahkota putih yang ujungnya berbentuk seperti wajik. Di atas ujung mahkota itu ada selendang berwarna putih. Sedangkan yang dewi, hampir sama ciri-cirinya dengan yang dewa, hanya berbeda di bagian tangan dan bibir. Tangan dewi lebih kecil dan bibirnya merah. Wajah mereka sangat rupawan dan seluruh tubuh mereka berkilauan.

Aku heran mengapa mereka datang. Apa yang mereka inginkan ? Sebelum dewa dan dewi itu menjawab pertanyaanku, aku kaget melihat serombongan dewa-dewi datang. Mereka banyak sekali, berbaris dari ruang tamu dan memasuki ruang puja baktiku. Karena ruangannya kecil, mereka ada yang duduk di ruang tamu, sambil tetap menghadap ke altar. Seiring mereka memasuki ruang puja bakti, aku dan Mama bernamaskara kepada mereka.

Mereka lalu mengambil sikap namaskara, dan melafalkan paritta bersama-sama. Setelah mereka selesai melafal paritta, mereka memberi kami kesempatan untuk bertanya hal-hal yang ingin kami tahu. Mereka sempat memberitahukan kehidupan lampau Mama, atas pertanyaan Mama.

Lalu Mama bertanya, perbuatan baik apakah yang telah mereka lakukan sehingga bisa terlahir di alam surga ? Salah satu dari dewa itu menjawab, "Dulu kami semua adalah penduduk di suatu desa. Kami semua melakukan kebajikan bersama-sama untuk desa kami. Seperti, membangun jembatan, membuat jalan, dan lain-lain. Kami selalu saling membantu dan bekerja sama. Kami semua dipimpin oleh seorang pemimpin yang bijaksana. Kami semua sangat menghormatinya."

"Hingga suatu ketika, para pendatang menyerbu desa kami. Dengan maksud melenyapkan desa kami. Mereka membakar semuanya. Banyak nyawa yang melayang sia-sia karena peristiwa ini. Kami yang sekarang ini, dulu mati terbakar bersama-sama. Karena kebajikan yang kami lakukan kurang lebih setara, dan kami lakukan secara bersama-sama, kami terlahr kembali secara bersama-sama di alam surga yang sama."

Mama lalu bertanya lagi, "Mengapa terlahir di alam dewa ? Sedangkan kalian meninggal dengan menderita karena dibakar ?" Dewa itu pun menjawab, "Walaupun kami mati dibakar, tapi pikiran kami tenang, karena kami ingat perbuatan baik yang telah kami lakukan. Orang baik dan orang jahat yang meninggal, orang yang baik lebih tenang pikirannya, meski penderitaannya mungkin sama pada saat meninggal. Orang jahat sudah menderita fisiknya, juga menderita batinnya..."

Aku dan Mama berterima kasih atas kehadiran mereka dan atas pembabaran Dhamma dari mereka. Lalu mereka pun pamit, pulang lagi ke alamnya...

Ewang Me Sutang...
Demikianlah yang kudengar...

Jumat, 11 Februari 2011

asal usul imlek

Ada sebuah legenda kuno yang mengisahkan asal usul tradisi perayaan
Imlek di Tiongkok, begini ceritanya :

Dahulu kala ada seekor monster jahat yang memiliki kepala panjang dan
tanduk yang tajam. Monster yang bernama /nian/ ini sangat ganas, dia
berdiam didasar lautan, namun setiap tahun baru dia muncul kedarat untuk
menyerang penduduk desa dan menelan hewan ternak. Oleh karena itu setiap
menjelang tahun baru, seluruh penduduk desa selalu bersembunyi dibalik
pegunungan untuk menghindari serangan monster /nian/ ini.

Pada suatu hari saat menjelang pergantian tahun, semua penduduk desa
sedang sibuk mengemasi barang-barang mereka untuk mengungsi ke
pegunungan, datanglah seorang lelaki tua berambut abu-abu ke desa itu.
Dia memohon ijin menginap semalam pada seorang wanita tua dan
meyakinkannya bahwa dia dapat mengusir pergi monster /nian/ ini. Tak ada
satupun yang mempercayainya. Wanita tua ini memperingatkan dia untuk
ikut bersembunyi bersama penduduk desa lainnya, tetapi lelaki tua ini
bersikukuh menolaknya. Akhirnya penduduk desa meninggalkan dia sendirian
di desa itu.

Ketika monster nian mendatangi desa ini untuk membuat kekacauan,
tiba-tiba dia dikejutkan suara ledakan petasan. Nian menjadi sangat
ketakutan melihat warna merah, kobaran api dan mendengar suara petasan
itu. Pada saat bersamaan pintu rumah terbuka lebar lalu muncullah lelaki
tua itu dengan mengenakan baju berwarna merah sambil tertawa keras. Nian
terkejut dan menjadi pucat pasi, dan segera angkat kaki dari tempat itu.

Hari berikutnya, penduduk desa pulang dari tempat persembunyiannya,
mereka terkejut melihat seluruh desa utuh dan aman. Sesaat mereka baru
menyadari atas peristiwa yang terjadi. Lelaki tua itu sebenarnya adalah
Dewata yang datang untuk menolong penduduk desa mengusir monster nian
ini. Mereka juga menemukan 3 peralatan yang digunakan lelaki tua itu
untuk mengusir /nian/. Mulai dari itu, setiap perayaan Tahun Baru Imlek
mereka memasang kain merah, menyalakan petasan dan menyalakan lentera
sepanjang malam, menunggu datangnya Tahun Baru. Adat istiadat ini
akhirnya menyebar luar dan menjadi sebuah perayaan tradisional orang
Tionghoa yang megah dalam menyambut “berlalunya nian” (dalam bahasa
Tionghoa, nian berarti tahun).

Orang Tionghoa selalu mengkaitkan periode waktu dari hari ke 23 hingga
ke 30 dalam 12 belas bulan tahun lunar tepat sebelum Hari Raya Imlek
sebagai “nian kecil”.

Setiap keluarga Tionghoa diharuskan membersihkan lingkungan tempat
tinggal mereka untuk menyambut datangnya tahun baru. Disamping
membersihkan lingkungan sekitar, setiap keluarga Tionghoa membuat
berbagai hidangan menyambut Imlek yang terbuat dari daging ayam, bebek,
ikan dan sapi / babi, serta manisan dan buah-buahan. Tak ketinggalan
pula para orang tua membelikan baju baru untuk anak-anaknya dan
mempersiapkan bingkisan angpao saat mengunjungi kerabat dan keluarga.

Ketika malam Tahun Baru tiba, seluruh keluarga berkumpul bersama. Di
wilayah utara Tiongkok, setiap keluarga memiliki tradisi makan kue bola
apel, yang dalam bahasa Tionghoa-nya disebut /Jiao/, pelafalannya sama
dengan kata /bersama/ dalam bahasa Tionghoa, sehingga kue bola apel
sebagai symbol kebersamaan dan kebahagiaan keluarga. Selain itu /jiao/
juga bermakna datangnya tahun baru. Diwilayah selatan Tiongkok,
masyarakatnya suka sekali memakan kue manisan Tahun Baru (yang terbuat
dari tepung beras lengket), yang melambangkan manisnya kehidupan dan
membuat kemajuan dalam Tahun Baru ini (dalam bahasa Tionghoa kata “kue”
dan “membuat kemajuan” memiliki pelafalan yang sama dengan kata /gao/)
Menjelang jam 12 malam, setiap keluarga akan menyalakan petasan.

Hari pertama Tahun Baru Imlek, orang Tionghoa menggunakan baju baru dan
mengucapkan selamat kepada orang yang lebih tua. Anak-anak yang
mengucapkan tahun baru kepada yang lebih tua, akan mendapatkan /angpao/
uang. Sedangkan pada hari kedua dan ketiga, mereka saling mengunjungi
teman dan kerabat dekatnya.

Selama masa perayaan Tahun Baru Imlek, pada umumnya jalan-jalan diarea
perdagangan penuh sesak dengan keluarga Tionghoa yang berbelanja untuk
keperluan Imlek. Dibeberapa tempat diluar negeri biasanya diadakan
berbagai acara hiburan menyambut Imlek seperti pertunjukkan Barongsai
dan Naga, pasar bunga dan pameran klenteng.

Setelah hari ke 15 bulan pertama dalam kalender Lunar, adalah waktu
diadakannya Festival Lentera, yang menandakan berakhirnya perayaan Tahun
Baru Imlek.